PENGARUH
PEMBERIANEKSTRAK
BAWANG
MERAH (Allium ascalonicum)
TERHADAP
KADAR KOLESTEROL-LDL SERUM TIKUS
WISTAR HIPERLIPIDEMIA
1.1 Latar belakang
Akibat dari kemajuan
teknologi, saat ini banyak tercipta
alat-alat yang dapat membuat manusia
untuk beraktifitas, tanpa perlu
mengeluarkan banyak energi. Hal ini menimbulkan terjadinya penurunan aktifitas
fisik pada masyarakat. Disamping itu, saat
ini juga terjadi peningkatan
konsumsi makanan padat kalori,
seperti makanan cepat saji,
karena sering dianggap lebih praktis dibanding makanan dengan komposisi gizi yang
seimbang. Perubahan pola makan
dan aktifitas fisik
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan energi dan
dapat menimbulkan hiperlipidemia.
Hiperlipidemia sendiri merupakan
salah satu faktor
resiko dari Penyakit Jantung
Koroner.
Hiperlipidemia adalah
suatu keadaan terjadinya
peningkatan kolesterol atau trigliserida serum di atas batas normal.
Peningkatan kolesterol serum yang terjadi,
terutama mencerminkan peningkatan
kolesterol-LDL. LDL (Low Density Lipoprotein)
merupakan lipoprotein yang memiliki
kandungan kolesterol tertinggi
dibandingkan lipoprotein lainnya. LDL
dalam pembentukannya membutuhkan
apolipoprotein B yang merupakan apolipoprotein primer pada lipoprotein
ini.beberapa penelitian disebutkan bahwa overekspresi dari mApo-B dapat meningkatkan
kadar kolesterol-LDL pada tikus
dan penurunan dari Apo-B
menurunkan kadar kolesterol-LDL pada
tikus.
Bawang merah (Allium
ascalonicum) adalah tanaman yang banyak ditemukan di Indonesia serta sangat sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
salah satu jenis bahan makanan, karena selain dapat menambah rasa sedap juga mengandung
zat-zat fitokimia yang
memiliki efek farmakologis yang
baik untuk kesehatan. Terdapat penelitian yang melaporkan bahwa bawang merah
mengandung quercetin dalam kadar yang tinggi, saponin, isorhamnetin dan glikosida.
Pada penelitian lain dikatakan bahwa quercetin dapat
menurunkan kadar kolesterol
total dan kadar kolesterol-LDL, dengan cara menghambat sekresi
apolipoprotein B, dan menurunkan aktivitas MTP yang memiliki peran dalam
pembentukan lipoprotein dengan mengatalisa perpindahan lipid ke molekul Apo B.
Penelitian lainnya menyebutkan bahwa saponin memiliki
efek dalam menurunkan kadar kolesterol pada percobaan dengan hewan, dengan cara
menghambat reabsorbsi asam empedu.
Penelitian ini bertujuan
untuk membuktikan bahwa pemberian ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum)
dapat menurunkan kadar kolesterol-LDL serum tikus Wistar hiperlipidemia.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada penderita hiperlipidemia dan masyarakat
tentang efek pemberian ekstrak bawang merah dalam menurunkan kadar kolesterol-LDL serum, sehingga dapat
digunakan sebagai alternatif terapi dan sebagai sumber acuan untuk penelitian
selanjutnya.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini dipaparkan sebagai berikut
1.
Bagaimana pengaruh pemberian
diet kuning telur terhadap tikus wistar?
2. Bagaimana pengaruh diet ekstrak bawang
merah (Allium ascalonicum) terhadap penurunan kadar kolestrol-LDL
serum tikus wistar?
1.3 Tujuan
Tujuan
dalam makalah ini dipaparkan sebagai berikut.
1.
Mengetahui pengaruh
pemberian diet kuning telur terhadap tikus wistar.
2.
Mengetahui
pengaruh diet ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum)
terhadap penurunan kadar kolestrol-LDL serum tikus wistar .
BAB II
PEMBAHASAN
Pembahasan
masalah akan menyajikan tentang (1) bagaimana
pengaruh pemberian diet kuning telur terhadap tikus wistar dan Mengetahui pengaruh diet ekstrak
bawang merah (Allium ascalonicum) terhadap
penurunan kadar kolestrol LDL serum tikus wistar yang dipaparkan sebagai berikut.
2.1
Pengaruh
Pemberian Diet KuningTtelur Terhadap Tikus Wistar.
LDL (Low Density
Lipoprotein) merupakan lipoprotein yang memiliki kandungan kolesterol tertinggi
dibandingkan lipoprotein lainnya. LDL dalam pembentukannya membutuhkan apolipoprotein B yang merupakan apolipoprotein
primer pada lipoprotein ini. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa overekspresi
dari mApo-B dapat meningkatkan kadar LDL pada tikus dan penurunan dari Apo B menurunkan
kadar LDL pada tikus (Murray Robert K , 2006).
Kolesterol adalah produk
metabolisme hewani sehingga kolesterol hanya terdapat pada makanan yang berasal
dari hewan seperti kuning telur, daging, hati dan otak (Price Sylvia A 2006).
Dalam penelitian acuan Prasetyo Awal (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim, 2003), disebutkan
bahwa injeksi adrenalin iv 0.006 mg pada hari pertama dilanjutkan dengan pemberian diet 10 gram kuning telur secara
intermitten pada hari kedua sampai keempat
belas pada tikus Wistar jantan meningkatkan kadar kolesterol total, LDL,
trigliserida, jumlah sel busa dan ketebalan dinding aorta.
Perubahan ini didasarkan
pada penelitian sebelumnya menurut Prasetyo Awal (Di Dalam Ratih Dwiratna
Hakim, 2003), yang menyebutkan bahwa diet kuning telur dalam konsentrasi rendah
(0.5 % sampai 1% BB) dapat menimbulkan hiperlipidemia dan pemberian diet kuning
telur yang dilakukan setiap hari,
dapat menyebabkan kematian, yang diduga
akibat keracunan kolesterol akut. Selain itu pada penelitian yang lain
menunjukkan bahwa pemberian
kuning telur sebanyak 6,25 11 gram/kgBB/hari mampu meningkatkan kadar
kolesterol secara bermakna,pada penelitian ini pemberian diet kuning telur
diberikan dengan dosis 5 gram/tikus dan tidak diberikan tiap hari melainkan
intermitten. Hasil yang tidak bermakna antar kelompok kontrol, kemungkinan juga
disebabkan karena adanya kelemahan pada
penelitian ini yaitu tidak langsung diukurnya kadar kolesterol-LDL setelah
pemberian diet kuning telur intermitten. Pada penelitian ini kadar kolesterol-LDL diukur 3
minggu setelah pemberian diet kuning telur intermitten, sedangkan pada
penelitian Awal P (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim, 2003), pemeriksaan kadar
kolesterol-LDL dilakukan setelah pemberian diet kuning telur intermitten
selesai.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakana antar kelompok penelitian.
Antara kelompok K- dengan kelompok K+ tidak didapatkan perbedaan bermakna. Hal
ini berbeda dengan penelitian Awal P (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim, 2003),
yang menunjukkan hasil berbeda secara bermakna. Hasil penelitian yang berbeda
dengan penelitian Awal P (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim, 2003),
diduga akibat perubahan yang dilakukan selama
pelaksanaan penelitian yaitu
dalam induksi hiperlipidemia tikus Wistar. Pada penelitian ini induksi
hiperlipidemia pada tikus wistar dilakukan dengan pemberian injeksi adrenalin
iv 0.006 mg pada hari pertama dilanjutkan dengan pemberian diet 5 gram kuning
telur secara intermiten pada hari kedua sampai keduapuluh delapan pada tikus.
Alasan perubahan induksi
hiperlipidemia tikus Wistar
pada penelitian ini sehingga berbeda dengan penelitian Awal P (Di Dalam Ratih
Dwiratna Hakim, 2003) adalah pada pelaksanaan penelitian ketika tikus di
sonde kuning telur lebih dari 5 gram,
tikus wistar memuntahkannya, sehingga pada penelitian ini
dosis intermittennya dikurangi
menjadi 5 gram dan waktu pemberian diperpanjang 2 minggu agar dosis akhir
kuning telur tetap sama jumlahnya dengan penelitian Awal P (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim 2003).
2.2 Mengetahui Pengaruh
Diet Ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonicum) Terhadap Penurunan
Kadar Kolestrol-LDL SerumTtikus Wistar .
Pada beberapa penelitian
mengenai bawang merah disebutkan bahwa terdapat beberapa jenis senyawa fitokimia yang terkandung di dalai
bawang merah yaitu quercetin dalam kadar yang
tinggi, furostane saponin, isorhamnetin, glikosida, isoalliin
(S-Propenyl-L-cystein sulfoxide), thiosulfinate dan flavonoid. Terdapat juga
penelitian yang menyebutkan bahwa salah satu derivate flavonoid yang paling
banyak terdapat di dalam bawang merah adalah quercetin, quercetin 4-glucoside, quercetin
7,4-diglucoside, quercetin 3,4-diglucoside dan quercetin mono D-glucose Rose
Peter (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim, 2005).
Terdapat beberapa penelitian
mengenai manfaat quercetin dan saponin di
bidang kesehatan, salah satunya yang dilakukan pada sejumlah wanita di jepang
menunjukkan bahwa konsumsi flavonoid yang memiliki kandungan quercetin mampu
menurunkan kolesterol. Penelitian lainnya juga menyebutkan bahwa quercetin
dapat menurunkan kadar kolesterol total dan kadar kolesterol LDL dengan cara menghambat sekresi Apolipoprotein B 100
pada sel CaCo-2 serta dapat menurunkan aktivitas dari
MTP, MTP sendiri berperan pada pembentukan lipoprotein dengan mengatalisa perpindahan lipid ke
molekul Apo B. Terdapat Penelitian terdahulu juga menyebutkan bahwa quercetin
dapat menghambat aktivitas enzim HMG-KoA reduktase, yaitu enzim yang berperan dalam pembentukan kolesterol. Penelitian mengenai saponin
menunjukkan bahwa saponin dapat menghambat reabsorbsi asam empedu (yang disintesa
dari kolesterol) oleh sel usus) sehingga asam empedu akan segera diekskresikan
bersama feses.Untuk mengompensasi kehilangan asam empedu, kolesterol dalam
serum akan dikonversi oleh hepar menjadi asam empedu sehingga akan terjadi
penurunan kadar kolesterol dalam darah.
Pada kelompok control dan perlakuan,
serta antar kelompok perlakuan juga tidak didapatkan perbedaan bermakna
meskipun rerata kelompok P2 yang menggunakan bawang merah dosis 2 ml lebih
rendah dibanding kelompok P1 yang menggunakan dosis bawang merah 1 ml. Hasil yang tidak bermakna
ini berbeda dengan hasil penelitian Arai Yusuke (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim,2000),
hal ini diduga disebabkan perbedaan metode penelitian dan bentuk substrat yang
digunakan. Pada penelitian Arai Yusuke (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim , 2000)
substrat yang digunakan dalam bentuk flavonoid dan quercetin murni dan sampel yang digunakan adalah wanita
jepang,sehingga sedangkan pada penelitian ini substrat yang digunakan adalah
ekstrak bawang merah yang didalamnya terkandung flavonoid dan quercetin, serta
sampel yang digunakan adalah tikus Wistar. Selain itu meskipun pada penelitian
Adele Casaschi (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim, 2002), terbukti bahwa quercetin
mampu menurunkan kadar Apo B pada sel CaCo-2 sebesar 35%, namun tidak diketahui
seberapa besar efek penurunan kadar Apo B tersebut terhadap penurunan kadar LDL
dalam darah. Diduga hal inilah yang menyebabkan
hasil penelitian ini berbeda dengan
hasil penelitian Adele Casaschi. Hasil yang tidak bermakna juga
disebabkan karena adanya kelemahan dalam penelitian ini, yaitu tidak dilakukannya
pengukuran kadar quercetin yang terkandung dalam bawang merah yang
digunakan, sehingga tidak diketahui apakah
bawang merah yang digunakan pada penelitian
ini, memiliki kandungan quercetin
dalam jumlah yang sama dengan bawang merah yang digunakan pada penelitian
terdahulu.
Pada penelitian sebelumnya menurut
E Fattorusso (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim, 2002) juga terdapat
pernyataan yang menyebutkan bahwa terdapat zat fitokimia
saponin di dalam bawang merah,tetapi belum diketahui seberapa banyak kadar
saponin yang terkandung didalam bawang merah, dan pada penelitian ini karena
tidak didapatkan perbedaan bermakna antar kelompok penelitian maka diduga
kadar saponin di dalam bawang merah
jumlahnya belum mencukupi untuk
menurunkan kadar kolesterol
LDL dalam darah. Kemungkinan lain hasil penelitian yang tidak bermakna
ini adalah belum adanya penelitian
pendahuluan mengenai dosis bawang merah yang dapat menurunkan
kolesterol-LDL, sehingga pada penelitian ini penentuan dosisnya menggunakan
acuan hasil penelitian sebelumnya yang menyebutkan tablet flavonoid 17 mg dapat menurunkan kadar
kolesterol LDL pada wanita di jepang,yang
kemudian dikonversi (dengan memperhitungkan kandungan flavonoid pada bawang
merah) ke tikus Wistar jantan, sehingga
diduga dosis yang digunakan
pada penelitian ini kurang adekuat untuk menurunkan kadar kolesterol LDL.
Hasil penelitian ini dapat
berarti ekstrak bawang merah sebesar 1 ml dan 2 ml selama 3 minggu belum mampu
memberikan khasiat yang berarti untuk menurunkan kadar LDL sehingga pemberian ekstrak bawang merah
belum dapat menurunkan resiko penyakit
kardiovaskuler.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pada Bab II telah di
paparkan penjelasan tentang (1) bagaimana
pengaruh diet ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum) terhadap
penurunan kadar kolestrol-LDL serum tikus wistar dan (2) bagaimana pengaruh
pemberian diet kuning telur terhadap tikus wistar. Berdasarkan pembahasan
tersebut dapat di kemukakan simpulan sebagai berikut.
1.
Pengaruh diet ekstrak bawang
merah (Allium ascalonicum) dengan dosis
bertingkat yaitu 750 mg/1 ml
dan 1500 mg/2 ml tidak menurunkan kadar kolesterol-LDL serum
tikus Wistar.
2.
Pemberian diet
kuning telur pada
tikus wistar tidak
meningkatkan kadar kolesterol-LDL
serum tikus Wistar.
3.2 Saran
Berdasarkan
kesimpulan di atas terdapat saran yang perlu disampaikan,yaitu
1.
Perlu dilakukan
pemeriksaan kadar kolesterol-LDL setelah pemberian diet kuning telur intermitten untuk
mengetahui apakah kadar kolesterol-LDL serum tikus Wistar telah meningkat.
2.
Perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut
dengan memperhatikan durasi waktu
dan dosis pemberian ekstrak bawang merah
(Allium ascalonicum) untuk mendapatkan efek pada kadar kolesterol-LDL
serum tikus Wistar.
DAFTAR
RUJUKAN
Arai Yusuke, Shaw Watanabe,
Mitsuru Kimira, Kayoko Shimoi, Rika Mochizuki, and Naohide kinae. Dietary Intakes of Flavonols,
Flavones and Isoflavones by Japanese Women and The Inverse Correlation between
Quercetin Intake and Plasma LDL Cholesterol Concentration. Journal of
Nutrition. c2000; 130: 2243-2250.
Casaschi Adele, Qi wang,
Ka’ohimanu Dang, Alison Richards, and Andre Theriault. Intestinal Apolipoprotein B Secretion Is
Inhibited by the Flavonoid Quercetin: Potential Role of Microsomal Triglycerida
Transfer Protein and Diacylglycerol Acyltransferase. Lipids. 2002, Vol. 37, No.
7.
E Fattorusso, Lorizzi M,
Lanzotti V, Taglialatela Scafati O. Chemical Composition of Shallot (Allium ascalonicum Hort).
Journal of Agricultural and Food Chemistry. c2002; 50(20): 5686-5690.
Murray Robert K, Daryl K.
Granner, Peter A. Mayes, Victor W. Rodwell.Biokimia Harper, edisi 25. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.
Prasetyo Awal, Sarjadi,
Pudjadi. Pengaruh Injeksi Inisial Adrenalin dan Diet
Kuning Telor Terhadap Kadar Lipid, Jumlah Sel Busa
dan Ketebalan Aorta Abdominalis Tikus Wistar. Jurnal Kedokteran Media Medika
Indonesiana. 2003, Vol. 38, No. 1-7.
Price Sylvia A, Lorraine M.
Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi 6. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.
Rose Peter, Matt Whiteman,
Philip K. Moore, and Yi Zhun Zhu. Bioactive S-alk(en)yl Cystein Sulfoxide
Metabolites in the Genus Allium: The chemistry of potential therapeutic
Agents. Nat Prod Rep. c2005; 22(3): 351-366.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar