Rabu, 26 November 2014

PENGARUH PEMBERIANEKSTRAK BAWANG MERAH (Allium ascalonicum) TERHADAP KADAR KOLESTEROL-LDL SERUM TIKUS WISTAR HIPERLIPIDEMIA



PENGARUH PEMBERIANEKSTRAK
BAWANG MERAH (Allium ascalonicum)
TERHADAP KADAR KOLESTEROL-LDL SERUM TIKUS WISTAR HIPERLIPIDEMIA

1.1    Latar belakang
Akibat dari kemajuan teknologi,  saat ini banyak tercipta alat-alat  yang dapat membuat manusia untuk beraktifitas,  tanpa perlu mengeluarkan banyak energi. Hal ini menimbulkan terjadinya penurunan aktifitas fisik pada masyarakat. Disamping itu, saat  ini juga terjadi  peningkatan konsumsi  makanan padat  kalori,  seperti  makanan cepat saji, karena sering dianggap lebih praktis dibanding makanan dengan komposisi gizi  yang  seimbang. Perubahan  pola  makan  dan  aktifitas  fisik  tersebut  dapat mengakibatkan  terjadinya  ketidakseimbangan  energi  dan  dapat  menimbulkan hiperlipidemia. Hiperlipidemia  sendiri  merupakan  salah  satu  faktor  resiko  dari Penyakit Jantung Koroner.
Hiperlipidemia  adalah  suatu  keadaan  terjadinya  peningkatan  kolesterol atau trigliserida  serum di atas batas normal. Peningkatan kolesterol serum yang terjadi, terutama  mencerminkan peningkatan kolesterol-LDL. LDL (Low Density Lipoprotein) merupakan lipoprotein yang memiliki  kandungan kolesterol  tertinggi dibandingkan  lipoprotein  lainnya. LDL dalam pembentukannya  membutuhkan apolipoprotein B yang merupakan apolipoprotein primer pada lipoprotein ini.beberapa penelitian disebutkan bahwa overekspresi dari mApo-B dapat meningkatkan kadar  kolesterol-LDL pada  tikus  dan  penurunan dari Apo-B menurunkan  kadar kolesterol-LDL pada tikus.
Bawang merah (Allium ascalonicum) adalah tanaman yang banyak ditemukan di  Indonesia serta sangat  sering dimanfaatkan oleh masyarakat  sebagai  salah satu jenis bahan makanan, karena selain dapat  menambah rasa sedap juga mengandung zat-zat  fitokimia  yang  memiliki  efek farmakologis  yang  baik  untuk  kesehatan. Terdapat  penelitian yang melaporkan bahwa bawang merah mengandung quercetin dalam kadar yang tinggi, saponin, isorhamnetin dan glikosida. Pada penelitian lain dikatakan  bahwa  quercetin  dapat  menurunkan  kadar  kolesterol  total dan kadar kolesterol-LDL, dengan cara menghambat sekresi apolipoprotein B, dan menurunkan aktivitas MTP yang memiliki peran dalam pembentukan lipoprotein dengan mengatalisa perpindahan lipid ke molekul Apo B. Penelitian lainnya menyebutkan bahwa saponin memiliki efek dalam menurunkan kadar kolesterol pada percobaan dengan hewan, dengan cara menghambat reabsorbsi asam empedu.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pemberian ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum) dapat menurunkan kadar kolesterol-LDL serum tikus Wistar hiperlipidemia. Hasil  penelitian ini  diharapkan dapat  memberikan informasi kepada  penderita hiperlipidemia dan masyarakat tentang efek pemberian ekstrak bawang merah dalam menurunkan kadar  kolesterol-LDL serum, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif terapi dan sebagai sumber acuan untuk penelitian selanjutnya.

1.2    Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini dipaparkan sebagai berikut
1.      Bagaimana pengaruh pemberian diet kuning telur terhadap tikus wistar?
2.      Bagaimana pengaruh diet ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum) terhadap penurunan kadar kolestrol-LDL serum tikus wistar?

1.3    Tujuan
Tujuan dalam makalah ini dipaparkan sebagai berikut.
1.      Mengetahui pengaruh pemberian diet kuning telur terhadap tikus wistar.
2.      Mengetahui pengaruh diet ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum) terhadap penurunan kadar kolestrol-LDL serum tikus wistar .




BAB II
PEMBAHASAN
Pembahasan masalah akan menyajikan tentang (1) bagaimana pengaruh pemberian diet kuning telur terhadap tikus wistar dan Mengetahui pengaruh diet ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum) terhadap penurunan kadar kolestrol LDL serum tikus wistar  yang dipaparkan sebagai berikut.

2.1  Pengaruh Pemberian Diet KuningTtelur Terhadap Tikus Wistar.
LDL (Low Density Lipoprotein) merupakan lipoprotein yang memiliki kandungan kolesterol tertinggi dibandingkan lipoprotein lainnya. LDL dalam pembentukannya membutuhkan  apolipoprotein B yang merupakan apolipoprotein primer pada lipoprotein ini. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa overekspresi dari mApo-B dapat meningkatkan kadar LDL pada tikus dan penurunan dari Apo B menurunkan kadar LDL pada tikus (Murray Robert K , 2006).
Kolesterol adalah produk metabolisme hewani sehingga kolesterol hanya terdapat pada makanan yang berasal dari hewan seperti kuning telur, daging, hati dan otak (Price Sylvia A 2006). Dalam penelitian acuan Prasetyo Awal (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim, 2003), disebutkan bahwa injeksi adrenalin iv 0.006 mg pada hari pertama dilanjutkan dengan  pemberian diet 10 gram kuning telur secara intermitten pada hari kedua sampai keempat  belas pada tikus Wistar jantan meningkatkan kadar kolesterol total, LDL, trigliserida, jumlah sel busa dan ketebalan dinding aorta.
Perubahan ini didasarkan pada penelitian sebelumnya menurut Prasetyo Awal (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim, 2003), yang menyebutkan bahwa diet kuning telur dalam konsentrasi rendah (0.5 % sampai 1% BB) dapat menimbulkan hiperlipidemia dan pemberian diet kuning telur  yang dilakukan setiap hari, dapat  menyebabkan kematian, yang diduga akibat keracunan kolesterol akut. Selain itu pada penelitian yang  lain  menunjukkan  bahwa  pemberian  kuning telur sebanyak 6,25 11 gram/kgBB/hari mampu meningkatkan kadar kolesterol secara bermakna,pada penelitian ini pemberian diet kuning telur diberikan dengan dosis 5 gram/tikus dan tidak diberikan tiap hari melainkan intermitten. Hasil yang tidak bermakna antar kelompok kontrol, kemungkinan juga disebabkan karena adanya  kelemahan pada penelitian ini yaitu tidak langsung diukurnya kadar kolesterol-LDL setelah pemberian diet  kuning telur  intermitten. Pada  penelitian ini kadar kolesterol-LDL diukur 3 minggu setelah pemberian diet kuning telur intermitten, sedangkan pada penelitian Awal P (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim, 2003), pemeriksaan kadar kolesterol-LDL dilakukan setelah pemberian diet kuning telur intermitten selesai.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakana antar kelompok penelitian. Antara kelompok K- dengan kelompok K+ tidak didapatkan perbedaan bermakna. Hal ini berbeda dengan penelitian Awal P (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim, 2003), yang menunjukkan hasil berbeda secara bermakna. Hasil penelitian yang berbeda dengan penelitian  Awal  P (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim, 2003), diduga  akibat  perubahan yang dilakukan selama pelaksanaan  penelitian  yaitu  dalam  induksi  hiperlipidemia  tikus Wistar. Pada penelitian ini induksi hiperlipidemia pada tikus wistar dilakukan dengan pemberian injeksi adrenalin iv 0.006 mg pada hari pertama dilanjutkan dengan pemberian diet 5 gram kuning telur secara intermiten pada hari kedua sampai keduapuluh delapan pada tikus. Alasan  perubahan  induksi  hiperlipidemia  tikus  Wistar  pada  penelitian  ini sehingga berbeda  dengan penelitian Awal P (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim, 2003) adalah pada pelaksanaan penelitian ketika tikus di sonde  kuning telur lebih dari 5 gram, tikus wistar memuntahkannya, sehingga pada penelitian  ini  dosis  intermittennya dikurangi menjadi 5 gram dan waktu pemberian diperpanjang 2 minggu agar dosis akhir kuning telur tetap sama jumlahnya dengan penelitian Awal  P (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim 2003).

2.2 Mengetahui Pengaruh Diet Ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonicum) Terhadap Penurunan Kadar Kolestrol-LDL SerumTtikus Wistar .
Pada beberapa penelitian mengenai bawang merah disebutkan bahwa terdapat beberapa jenis  senyawa fitokimia yang terkandung di dalai bawang merah yaitu quercetin dalam kadar yang  tinggi, furostane saponin, isorhamnetin, glikosida, isoalliin (S-Propenyl-L-cystein sulfoxide), thiosulfinate dan flavonoid. Terdapat juga penelitian yang menyebutkan bahwa salah satu derivate flavonoid yang paling banyak terdapat di dalam bawang merah adalah quercetin,  quercetin 4-glucoside, quercetin 7,4-diglucoside, quercetin 3,4-diglucoside dan quercetin mono D-glucose Rose Peter (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim, 2005).
Terdapat beberapa penelitian mengenai manfaat quercetin dan  saponin di bidang kesehatan, salah satunya yang dilakukan pada sejumlah wanita di jepang menunjukkan bahwa konsumsi flavonoid yang memiliki kandungan quercetin mampu menurunkan kolesterol. Penelitian lainnya juga menyebutkan bahwa quercetin dapat menurunkan kadar kolesterol total dan kadar  kolesterol LDL dengan  cara menghambat sekresi Apolipoprotein B 100 pada sel CaCo-2 serta dapat menurunkan aktivitas  dari  MTP, MTP sendiri  berperan  pada pembentukan lipoprotein  dengan mengatalisa perpindahan lipid ke molekul Apo B. Terdapat Penelitian  terdahulu juga menyebutkan bahwa quercetin dapat  menghambat  aktivitas enzim HMG-KoA reduktase, yaitu  enzim yang berperan dalam pembentukan  kolesterol. Penelitian mengenai saponin menunjukkan bahwa saponin dapat menghambat reabsorbsi asam empedu (yang disintesa dari kolesterol) oleh sel usus) sehingga asam empedu akan segera diekskresikan bersama feses.Untuk mengompensasi kehilangan asam empedu, kolesterol dalam serum akan dikonversi oleh hepar menjadi asam empedu sehingga akan terjadi penurunan kadar kolesterol dalam darah.
Pada kelompok control dan perlakuan, serta antar kelompok perlakuan juga tidak didapatkan perbedaan bermakna meskipun rerata kelompok P2 yang menggunakan bawang merah dosis 2 ml lebih rendah dibanding kelompok P1 yang menggunakan dosis  bawang merah 1 ml. Hasil yang tidak bermakna ini berbeda dengan hasil penelitian Arai Yusuke (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim,2000), hal ini diduga disebabkan perbedaan metode penelitian dan bentuk substrat yang digunakan. Pada penelitian Arai Yusuke (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim , 2000) substrat yang digunakan dalam bentuk flavonoid dan quercetin murni  dan sampel yang digunakan adalah wanita jepang,sehingga sedangkan pada penelitian ini substrat yang digunakan adalah ekstrak bawang merah yang didalamnya terkandung flavonoid dan quercetin, serta sampel yang digunakan adalah tikus Wistar. Selain itu meskipun pada penelitian Adele Casaschi (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim, 2002), terbukti bahwa quercetin mampu menurunkan kadar Apo B pada sel CaCo-2 sebesar 35%, namun tidak diketahui seberapa besar efek penurunan kadar Apo B tersebut terhadap penurunan kadar LDL dalam darah. Diduga hal inilah yang menyebabkan  hasil penelitian ini berbeda dengan  hasil penelitian Adele Casaschi. Hasil yang tidak bermakna juga disebabkan karena adanya kelemahan dalam penelitian ini, yaitu tidak dilakukannya pengukuran kadar quercetin yang terkandung dalam bawang merah yang digunakan,  sehingga tidak diketahui apakah bawang merah yang digunakan pada penelitian  ini, memiliki  kandungan quercetin dalam jumlah yang sama dengan bawang merah yang digunakan pada penelitian terdahulu.
Pada penelitian sebelumnya menurut E Fattorusso (Di Dalam Ratih Dwiratna Hakim, 2002) juga  terdapat  pernyataan  yang  menyebutkan bahwa terdapat zat fitokimia saponin di dalam bawang merah,tetapi belum diketahui seberapa banyak kadar saponin yang terkandung didalam bawang merah, dan pada penelitian ini karena tidak didapatkan perbedaan bermakna antar kelompok penelitian maka diduga kadar  saponin di dalam bawang merah jumlahnya belum mencukupi untuk  menurunkan  kadar  kolesterol  LDL dalam darah. Kemungkinan lain hasil penelitian yang tidak bermakna ini adalah belum adanya  penelitian pendahuluan mengenai  dosis  bawang merah yang dapat menurunkan kolesterol-LDL, sehingga pada penelitian ini penentuan dosisnya menggunakan acuan hasil penelitian sebelumnya yang menyebutkan  tablet flavonoid 17 mg dapat menurunkan kadar kolesterol  LDL pada wanita di jepang,yang kemudian dikonversi (dengan memperhitungkan kandungan flavonoid pada bawang merah) ke tikus Wistar jantan, sehingga  diduga  dosis yang digunakan pada  penelitian ini  kurang adekuat  untuk menurunkan kadar kolesterol LDL.
Hasil penelitian ini dapat berarti ekstrak bawang merah sebesar 1 ml dan 2 ml selama 3 minggu belum mampu memberikan khasiat yang berarti untuk menurunkan kadar  LDL sehingga pemberian ekstrak bawang merah belum dapat  menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pada Bab II telah di paparkan penjelasan tentang (1) bagaimana pengaruh diet ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum) terhadap penurunan kadar kolestrol-LDL serum tikus wistar dan (2) bagaimana pengaruh pemberian diet kuning telur terhadap tikus wistar. Berdasarkan pembahasan tersebut dapat di kemukakan simpulan sebagai berikut.
1.      Pengaruh diet ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum) dengan dosis  bertingkat  yaitu  750 mg/1 ml  dan  1500 mg/2 ml  tidak menurunkan kadar kolesterol-LDL serum tikus Wistar.
2.      Pemberian  diet  kuning  telur  pada  tikus  wistar  tidak  meningkatkan  kadar kolesterol-LDL serum tikus Wistar.

3.2  Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas terdapat saran yang perlu disampaikan,yaitu
1.      Perlu dilakukan pemeriksaan  kadar  kolesterol-LDL setelah pemberian  diet kuning telur intermitten untuk mengetahui apakah kadar kolesterol-LDL serum tikus Wistar telah meningkat.
2.      Perlu  dilakukan  penelitian  lebih  lanjut  dengan memperhatikan durasi  waktu dan dosis  pemberian ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum) untuk mendapatkan efek pada kadar kolesterol-LDL serum tikus Wistar.







DAFTAR RUJUKAN
Arai Yusuke, Shaw Watanabe, Mitsuru Kimira, Kayoko Shimoi, Rika Mochizuki, and Naohide kinae. Dietary Intakes of Flavonols, Flavones and Isoflavones by Japanese Women and The Inverse Correlation between Quercetin Intake and Plasma LDL Cholesterol Concentration. Journal of Nutrition. c2000; 130: 2243-2250.
Casaschi Adele, Qi wang, Ka’ohimanu Dang, Alison Richards, and Andre Theriault. Intestinal Apolipoprotein B Secretion Is Inhibited by the Flavonoid Quercetin: Potential Role of Microsomal Triglycerida Transfer Protein and Diacylglycerol Acyltransferase. Lipids. 2002, Vol. 37, No. 7.
E Fattorusso, Lorizzi M, Lanzotti V, Taglialatela Scafati O. Chemical Composition of Shallot (Allium ascalonicum Hort). Journal of Agricultural and Food Chemistry. c2002; 50(20): 5686-5690.
Murray Robert K, Daryl K. Granner, Peter A. Mayes, Victor W. Rodwell.Biokimia Harper, edisi 25. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.
Prasetyo Awal, Sarjadi, Pudjadi. Pengaruh Injeksi Inisial Adrenalin dan Diet Kuning Telor Terhadap Kadar Lipid, Jumlah Sel Busa dan Ketebalan Aorta Abdominalis Tikus Wistar. Jurnal Kedokteran Media Medika Indonesiana. 2003, Vol. 38, No. 1-7.
Price Sylvia A, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.
Rose Peter, Matt Whiteman, Philip K. Moore, and Yi Zhun Zhu. Bioactive S-alk(en)yl Cystein Sulfoxide Metabolites in the Genus Allium: The chemistry of potential therapeutic Agents. Nat Prod Rep. c2005; 22(3): 351-366.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar