BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan bukanlah hal asing lagi bagi kita semua, kita hidup
membutuhkan tumbuh-tumbuhan, baik untuk dikonsumsi atau sebagai
penyeimbang bumi, karena tanpa tumbuh-tumbuhan bumi ini akan sangat
panas. Salah satu bagian dari tumbuhan adalah daun, dimana daun mampu
berfotosintesis dan akan menghasilkan makanan sendiri bagi tumbuhan
tersebut. Oleh karena itu sinar matahari sangat diperlukan dalam
membantu proses fotosintesis. Selain itu diperlukan juga adanya
klorofil, karbondioksida dan juga air (Iserep, 1993).
Daun merupakan alat yang penting bagi kelangsungan hidup tumbuhan,
sebab disitu terjadi proses fotosintesis yang akan menghasilkan makanan
bagi tumbuhan. Hasil fotosintesis akan didistribusikan ke seluruh organ
untuk pertumbuhan dan perkembangan. Daun tidak seperti organ lain dari
tumbuhan karena umumnya bersifat sementara. Untuk fotosintesis
diperlukan sinar dan klorofil serta CO2 dan H2O
sebagai bahan baku, dengan demikian posisi daun mempengaruhi
strukturnya. Selain itu pengaruh lingkungan yang lain seperti
ketersediaan air, adanya kadar garam yang tinggi dalam air disekitar
tumbuhan juga berpengaruh terhadap struktur luar dan dalam dari daun
(Savitri, 2008).
Baik dari segi morfologi maupun anatomi, daun merupakan organ yang
amat beragam. Struktur jaringan pembuluh dalam tangkai dan tulang daun
utama biasanya mirip dengan dalam batang. Ciri paling penting dalam daun
adalah bahwa pertumbuhan apeksnya segera terhenti (Hidayat, 1995).
Dalam praktikum ini kita akan mengamati berbagai macam daun sehingga
kita mampu mengamati dan mengidentifikasi tentang macam jaringan
penyusun daun monokotil dan dikotil, membandingkan ciri-ciri khusus yang
terdapat pada jaringan penyusun baik pada daun monokotil maupun pada
daun dikotil, serta mengamati anatomi jaringan penyusun daun yang
dihubungkan dengan adaptasi lingkungan tumbuhan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah :
- Mengamati dan mengidentifikasi macam jaringan penyusun daun monokotil.
- Mengamati dan mengidentifikasi macam jaringan penyusun daun dikotil.
- Membandingkan ciri-ciri khusus yang terdapat pada jaringan penyusun daun monokotil dan dikotil.
- Mengamati anatomi jaringan penyusun daun yang dihubungkan dengan adaptasi lingkungan tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Daun
Istilah bagi seluruh daun pada tanaman adalah phyllom.
Namun, dikenal juga istilah daun hijau, katafil, hipsofil, kotiledon
(keping biji), profil dan lain-lain. Daun hijau berfungsi khusus untuk
fotosintesis dan biasanya berbentuk pipih mendatar sehingga mudah
memperoleh sinar matahari dan gas CO2. katafil adalah sisik
pada tunas atau pada batang dibawah tanah dan berfungsi sebagai
pelindung atau tempat penyimpan cadangan makanan. Daun pertama pada
cabang lateral disebut prophyll, pada monokotil hanya ada satu helai prophyll,
pada dikotil ada dua helai. Hipsofil berupa berbagai jenis brakte yang
mengiringi bunga dan berfungsi sebagai pelindung. Kadang-kadang hipsofil
berwarna cerah dan berfungsi serupa dengan mahkota bunga. Kotiledon
merupakan daun pertama pada tumbuhan (Hidayat, 1995).
Daun merupakan alat yang penting bagi kelangsungan hidup tumbuhan,
sebab disitu terjadi proses fotosintesis yang akan menghasilkan makanan
bagi tumbuhan. Hasil fotosintesis akan didistribusikan ke seluruh organ
untuk pertumbuhan dan perkembangan. Daun tidak seperti organ lain dari
tumbuhan karena umumnya bersifat sementara. Untuk fotosintesis
diperlukan sinar dan klorofil serta CO2 dan H2O
sebagai bahan baku, dengan demikian posisi daun mempengaruhi
strukturnya. Selain itu pengaruh lingkungan yang lain seperti
ketersediaan air, adanya kadar garam yang tinggi dalam air disekitar
tumbuhan juga berpengaruh terhadap struktur luar dan dalam dari daun
(Savitri, 2008).
Daun terbagi menjadi daun tunggal dan daun majemuk. Pada daun majemuk
terdapat sejumlah anak daun yang melekat pada tangkai dun atau
panjangannya. Sumbu bersama itu disebut rakis. Jika anak daun muncul
disisi lateral dari rakis, daun disebut majemuk bersirip, dan kalau
semua anak daun muncul di ujung rakis yang amat pendek sehingga dapat
dikatakan melekat di ujung tangkai daun bersama, maka daun seperti itu
disebut daun majemuk menjari (Tjitrosoepomo, 1993).
2.2 Histologi Daun
Daun yang lengkap terdiri atas helai daun (lamina), tangkai daun
(petiolus), dan pelepah daun (vagina). Bentuk dan ukuran daun berbiji
sangat bervariasi. Seperti halnya batang dan akar, daun juga tersusun
atas beberapa sistem jaringan yaitu jaringan pelindung, jaringan dasar
yang menyusun mesofil daun, jaringan pengangkut (Savitri, 2008).
Seperti pada akar dan batang, daun terdiri dari sistem jaringan
dermal, yakni jaringan epidermis, jaringan pembuluh dan jaringan dasar
yang disebut mesofil. Karena daun biasanya tidak mengalami penebalan
sekunder, epidermis bertahan sebagai sistem dermal, namun pada sisik
tunas yang bertahan lama ada kemungkinan dibentuk periderm (Hidayat,
1995: 198).
2.2.1 Epidermis
Sifat terpenting daun adalah susunan selnya yang kompak dan adanya
kutikula dan stomata. Stomata bisa ditemukan dikedua sisi daun (daun
amfistomatik) atau hanya di satu sisi yakni disebelah atas atau adaksial
(daun epistomatik) atau lebih sering disebelah bawah atau sisi abaksial
(daun hipostomatik). Pada daun lebar yang terdapat di kelompok dikotil,
letak stomata tersebar. Pada monokotil dan Gymnospermae, stomata sering
tersusun dalam deretan memanjang yang sejajar dengan sumbu daun. Sel
penutup pada stomata dapat berada ditempat yang sama tingginya, lebih
tinggi atau lebih rendah dari epidermis (Hidayat, 1995).
Dinding sel epidermis mengalami penebalan yang tidak merata. Dinding
sel yang menghadap keluar umumnya berdinding lebih tebal, dapat terdiri
dari lignin, tetapi penebalan itu umumnya terdiri dari kutin. Penebalan
kutin ini membentuk lapisan kutikula yang tipis atau tebal. Sel-sel
epidermis daun tidak mengandung kloroplas kecuali pada sel penutup dan
epidermis daun tumbuhan yang hidup tenggelam dalam air. Stomata berguna
sebagai jalan pertukaran gas pada tumbuhan dan sebagai pengatur besarnya
transpirasi (Savitri, 2008).
Epidermis daun terdapat dipermukaan atas disebut epidermis atas
(epidermis adaksial atau epidermis ventral) maupun dipermukaan bawah
disebut epidermis bawah (epidermis abaksial atau epidermis dorsal).
Umumnya epidermis terdiri dari 1 lapis sel tetapi adapula yang terdiri
dari beberapa lapis sel (epidermis ganda, multiple epidermis).
Jumlah lapisan sel epidermis bagian atas biasanya lebih banyak daripada
permukaan bawah. Jumlah epidermis bawah berlapis banyak maka akan
terdapat ruang substomata yang besar antara sel penutup dengan jaringan
mesofil (Iserep, 1993).
2.2.2 Mesofil
Mesofil merupakan lapisan jaringan dasar yang terletak antara
epidermis atas dan epidermis bawah dan di antara berkas pengangkut.
Mesofil dapat tersusun atas parenkim yang relatif homogen atau
berdifferensiasi menjadi parenkim palisade (jaringan tiang), jaringan
pagar dan parenkim sponsa (jaringan bunga karang). Sesuai dengan
fungsinya parenkim mesofil merupakan daerah fotosintesis terutama karena
mengandung kloroplas (Savitri, 2008).
Bagian utama helai daun adalah mesofil yang banyak mengandung
kloroplas dan ruang antarsel. Mesofil dapat bersifat homogen atau
terbagi menjadi jaringan tiang (palisade) dan jaringan spons (jaringan
bunga karang). Jaringan tiang lebih kompak daripada jaringan spons yang
memiliki ruang antarsel yang luas. Jaringan tiang terdiri dari sejumlah
sel yang memanjang tegak lurus terhadap pemukaan helai daun. Meskipun
jaringan tiang nampak lebih rapat, sisi panjang selnya saling terpisah
sehingga udara dalam ruang antarsel tetap mencapai sisi panjang,
kloroplas pada sitoplasma melekat di tepi dinding sel itu. Hal tersebut
mengakibatkan proses fotosintesis dapat berlangsung efisien (Hidayat,
1995).
Parenkim palisade merupakan sel-sel yang bentuknya silindris,
tersusun rapat berjajar seperti pagar. Daun yang memiliki parenkim
palisade di lapisan atas atau parenkim spongiosa di lapisan bawahnya
disebut daun dosiventral atau bifasial. Apabila parenkim palisade
terdapat di kedua sisi atau tidak dijumpai parenkim palisade pada kedua
sisinya disebut daun isobilateral atau isolateral atau unifasial.
Parenkim sponsa tersusun atas sel-sel yang bentuknya bervariasi, umumnya
tidak teratur, bercabang-cabang, berisi kloroplas dan tersusun
sedemikian rupa sehingga membentuk jaringan seperti bunga karang
(sponsa) (Sutrian, 2004).
Jaringan spons terdiri dari sel bercabang yang teratur bentuknya.
Hubungan antara sel dan sel lainnya terbatas pada ujung cabang itu.
Dilihat dari hubungan antara sel-sel yang berdampingan maka jaringan
spons memiliki kesinambungan horizontal yang sejajar dengan permukaan
daun, sedangkan jaringan tiang sinambung hanya dalam arah tegak lurus
terhadap permukaan (Fahn, 1991).
Menurut bentuknya parenkim dapat dibedakan sebagai berikut (Iserep, 1993) :
a) Parenkim palisade adalah parenkim dengan bentuk sel panjang, tegak dan mangandung kloroplas. Contoh : mesofil daun.
b) Parenkim bunga karang adalah parenkim dengan bentuk dan
susunan selnya tidak teratur dan ruang antarsel relatif besar. Contoh :
mesofil daun.
c) Parenkim bintang adalah parenkim yang bentuknya seperti
bintang, saling berhubungan di ujungnya sehingga banyak mempunyai ruang
antarsel.
d) Parenkim lipatan adalah parenkim yang dinding selnya mengalami pelipatan kearah dalam serta banyak mengandung kloroplas.
2.2.3 Sistem Jaringan Pengangkut
Pada daun terletak di dalam tulang daun beserta vena-venanya. Pada
penampang melintang daun, berkas pengangkut ini terdiri dari 1 ikatan
pembuluh, yang xylemnya terletak menghadap ke permukaan atas daun dan
floemnya ke permukaan bawah daun. Pada tulang daun yang lebih kecil atau
vena daun, berkas pengangkutnya dapat lebih sederhana dan kadang-kadang
tidak sempurna terdiri atas xylem saja atau floem saja (Loveless,
1987).
Sistem jaringan pembuluh tersebar diseluruh helai daun dan dengan
demikian menunjukkan adanya hubungan ruang yang erat dengan mesofil.
Jaringan pembuluh membentuk sistem yang saling berkaitan, dan terletak
dalam bidang median, sejajar dengan permukaan daun. Berkas pembuluh
dalam daun biasanya disebut tulang daun dan sistemnya adalah sistem
tulang daun (Hidayat, 1995).
Istilah sejajar bagi jalanya berkas pembuluh dalam
sistem tulang sejajar hanyalah cara pendekatan saja, oleh karena itu di
ujung dan pangkal daun semua berkas itu akan bertemu. Di antara berkas
sejajar itu tampak cabang halus yang berpola jala dan menghubungkan
semua berkas sejajar itu. Pola jala umumnya terdapat pada daun dikotil,
sedangkan pola sejajar biasa ditemukan pada monokotil. Dalam pola berkas
pembuluh percabangan akhir yang paling halus akan membatasi daerah
mesofil kecil yang dinamakan areolus (Kimball,1994).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Kamis Tanggal 24 Mei 2010
jam 15.00-17.00 WIB Di Laboratorium Pendidikan Biologi B Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
Malang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
- Mikroskop majemuk 1 buah
- Gelas benda dan penutup 5 buah
- Kaca penutup 5 buah
- Silet 1 buah
- Pipet tetes 1 buah
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
- Daun kacang (Arachis hypogea) 1 buah
- Daun jagung (Zea mays) 1 buah
- Daun talas (Colocasia) 1 buah
3.3 Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum kali ini adalah :
- Di ambil preparat awetan irisan melintang daun kacang (Arachis hypogea). Di amati dibawah mikroskop, diperhatikan sel-sel epidermisnya, ada berapa lapiskah? Di amati lapisan yang tebal. Di perhatikan stomatanya, ditunjukkan berkas pengangkut yang terletak di bagian pusat, disebutkan tipenya. Diperhatikan juga jaringan endodermis yang membatasi korteks dan stele. Dihitung berapa lapis endodermisnya? Digambar sebagian secara rinci dengan melibatkan berkas pengangkutnya yang lengkap.
- Di ambil preparat awetan irisan melintang daun jagung (Zea mays). Di amati dibawah mikroskop, diperhatikan sel-sel epidermisnya, ada berapa lapiskah? Di amati lapisan yang tebal. Di perhatikan stomatanya, ditunjukkan berkas pengangkut yang terletak di bagian pusat, disebutkan tipenya. Diperhatikan juga jaringan endodermis yang membatasi korteks dan stele. Dihitung berapa lapis endodermisnya? Digambar sebagian secara rinci dengan melibatkan berkas pengangkutnya yang lengkap.
- Di ambil preparat awetan irisan melintang daun talas (Colocasia). Di amati dibawah mikroskop, diperhatikan sel-sel epidermisnya, ada berapa lapiskah? Di amati lapisan yang tebal. Di perhatikan stomatanya, ditunjukkan berkas pengangkut yang terletak di bagian pusat, disebutkan tipenya. Diperhatikan juga jaringan endodermis yang membatasi korteks dan stele. Dihitung berapa lapis endodermisnya? Digambar sebagian secara rinci dengan melibatkan berkas pengangkutnya yang lengkap.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.1 Daun kacang (Arachis hypogea)
Pada pengamatan daun kacang (Arachis hypogea) dapat terlihat
epidermis atas, epidermis bawah, klorofil, stomata, trikoma berbentuk
bintang, mesofil daun, jaringan spons (bunga karang) dan jaringan
palisade (tiang).
Di bawah epidermis terdapat jaringan palisade, pada jaringan palisade
tampak warna hijau karena pada jaringan ini terdapat banyak klorofil.
Di bawah jaringan palisade terdapat jaringan pengangkut yang akan
membawa hasil fotosintesis dari daun menuju keseluruh tubuh tumbuhan.
Jaringan spons terdapat di bawah jaringan pengangkut dan di bawahnya
terdapat epidermis bawah (Sutrian, 2004).
Jaringan epidermis pada daun mempunyai derivat berupa stomata.
Stomata adalah berupa suatu pintu yang mempunyai dua sel penutup di
kedua samping kanan dan kirinya. Stomata biasa berada pada bagian atas
atau bawah daun. Stomata dapat berfungsi sebagai pintu masuk udara yang
digunakan untuk fotosintesis dan udara yang dikeluarkan dari hasil
fotosintesis. Stomata juga berfungsi dalam evaporasi untuk menjaga
kestabilan air dalam tubuh tumbuhan (Hidayat, 1995).
Pada sekitar tulang daunnya, terdapat bagian yang menonjol, bagian
yang menonjol ini adalah tulang daun yang berfungsi sebagai penopang
helaian daun dan sebagai tempat jaringan angkut. Susunan anatomi
jaringan daun setelah epidermis terdapat jaringan mesofil daun yang
tersusun atas jaringan palisade, jaringan spons dan jaringan pembuluh.
Jaringan pembuluh tersusun atas floem dalam, xylem, kambium dan floem
luar (Fahn, 1991).
4.1.2 Daun jagung (Zea mays)
Pada pengamatan daun jagung (Zea mays) dapat
terlihat epidermis atas, epidermis bawah, klorofil, stomata, sel kipas,
mesofil daun, jaringan spons (bunga karang), jaringan pembuluh dan
jaringan palisade (tiang). Disini stomata, jaringan spons (bunga
karang), jaringan palisade (tiang) dan jaringan pembuluh tidak tampak
karena preparat yang di amati terlalu kecil.
Sistem jaringan pengangkut pada daun terletak didalam tulang daun
beserta vena-venanya, pada penampang melintang daun, berkas pengangkut
ini terdiri dari 1 ikatan pembuluh, yang xylemnya terletak menghadap ke
permukaan atas daun dan floemnya ke permukaaan bawah daun (Savitri,
2008).
Jaringan setelah epidermis terdapat jaringan mesofil daun yang
tersusun atas jaringan palisade (tiang), jaringan spons (bunga karang)
dan jaringan pembuluh (xylem dan floem). Pada epidermis bawah daun
terdapat sel-sel kipas. Sel-sel kipas terletak sejajar dengan permukaan
epidermis luar, ukuran sel-sel kipas tidak sama panjangnya, karena
itulah sel-sel ini disebut sel kipas seperti bentuknya yang menyerupai
kipas. Jaringan epidermis pada daun monokotil sel-sel epidermis di
lindungi oleh lapisan kutikula yang menyebabkan daun menjadi kaku,
stomata sering tersusun dalam deretan memanjang yang sejajar dengan
sumbu daun (Hidayat, 1995).)
Fungsi jaringan penyusun mesofil tidak lain secara besar untuk
membantu proses fotosintesis. Sel-sel jaringan palisade terdapat banyak
sekali kloroplas yang disebut sebagai warna fotosintesis. Rongga-rongga
antara sel-sel jaringan palisade dan spons juga membantu memperlancar
proses pertukaran udara yaitu oksigen dan karbondioksida. Hasil
fotosintesis akan diedarkan oleh jaringan pengangkut yaitu floem
sedangkan zat hara mineral untuk bahan fotosintesis dibawa oleh xylem
dan semua saling bekerja sama (Loveless, 1987).
4.1.3 Daun talas (Colocasia)
Pada pengamatan daun talas (Colocasia) dapat
terlihat epidermis atas, epidermis bawah, mesofil daun, jaringan
palisade (tiang), jaringan spons (bunga karang), jaringan pembuluh,
stomata, klorofil, dan trikoma.
Daun terdiri dari sistem jaringan dermal, yaitu diantaranya mesofil
yang banyak mengandung kloroplas. Mesofil dapat bersifat homogen atau
terbagi menjadi jaringan tiang (palisade) dan jaringan spons (bunga
karang). Jaringan tiang lebih kompak dari pada jaringan spons yang
memiliki ruang antarsel yang luas. Jaringan tiang terdiri dari sejumlah
sel yang memanjang tegak lurus terhadap permukaan helai daun (Hidayat,
1995).
Jaringan epidermis adalah jaringan paling luar dari daun dan
berfungsi untuk pelindung jaringan dibawahnya juga sebagai tempat keluar
masuknya udara dan evaporasi, karena pada epidermis mempunyai stomata
yang merupakan derivat epidermis. Epidermis terlapisi oleh lapisan yang
tipis dan bening. Lapisan ini adalah lapisan lilin yang menyebabkan
epidermis tidak mudah kemasukan air. Dari fenomena ini sering kita lihat
bahwa jika air mengenai daun talas maka air itu akan tetap menggumpal
dan tidak terserap oleh daun dan akhirnya akan jatuh. Lapisan lilin
inilah yang menyebabkan daun talas seolah-olah anti air (Loveless,
1987).
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari praktikum tentang daun kali ini adalah sebagai berikut :
- Pada daun kacang (Arachis hypogea) dapat terlihat epidermis atas, epidermis bawah, klorofil, stomata, trikoma berbentuk bintang, mesofil daun, jaringan spons (bunga karang) dan jaringan palisade (tiang).
- Pada daun jagung (Zea mays) dapat terlihat epidermis atas, epidermis bawah, klorofil, stomata, sel kipas, mesofil daun, jaringan spons (bunga karang), jaringan pembuluh dan jaringan palisade (tiang). Disini stomata, jaringan spons (bunga karang), jaringan palisade (tiang) dan jaringan pembuluh tidak tampak karena preparat yang di amati terlalu kecil.
- Pada daun talas (Colocasia) dapat terlihat epidermis atas, epidermis bawah, mesofil daun, jaringan palisade (tiang), jaringan spons (bunga karang), jaringan pembuluh, stomata, klorofil, dan trikoma.
DAFTAR PUSTAKA
Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta : UGM Press
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB
Iserep, Sumardi. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Bandung : ITB
Kimball, John W. 1994. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. jakarta : Erlangga
Loveless A. R. 1987. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik Jilid I. Jakarta : PT Gramedia Utama
Savitri, sandi, Evika, MP. 2008. Petunjuk Praktikum Struktur Perkembangan Tumbuhan (Anatomi Tumbuhan). Malang : UIN Press
Sutrian, Yayan Drs. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan Tentang Sel dan Jaringan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Tjitrosoepomo, Gembong. 1993. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar